Ungaran, Awal Sebuah Petualangan

Posted by Unknown Jumat, 30 Agustus 2013 5 komentar
Bagikan Artikel Ini :
بِسْــــــــــــــــمِ اﷲِالرَّحْمَنِ اارَّحِيم


            Ini sebuah kisah petualangan yang gak biasanya, perjalanan yang anti mainstream (buat gue sih gitu). Pendakian ke puncak Ungaran pada tanggal 25-26 Agustus 2013 telah menjadi perjalanan yang meninggalkan banyak cerita dan kenangan seru. Daripada penasaran cerita serunya kayak gimana, langsung aja kita mulai awal cerita dari TeKaPe.

            Cerita bermula dari kegagalan gue pada bulan Mei lalu untuk bisa mencapai puncak Gunung Lawu. Sebenernya sih ada banyak alasan dan kejanggalan yang menyebabkan rombongan kita saat itu gagal mencapai puncak. Ah sudahlah tak perlu dibahas kisah yang berlalu. Pepatah bilang, “Tak penting berapa kali engkau gagal, Yang penting adalah berapa kali kau bisa bangkit”. Akhirnya, gue memutuskan untuk mencari pendakian yang “friendly” sebagai pengukur fisik dan kemampuan gue dalam mendaki gunung. Alhamdulillah, Gunung Ungaran menjadi gunung terendah di Jawa Tengah, dan lokasinya juga cukup dekat dengan Undip. Fix, Ungaran menjadi target utama.

            Segera saja gue kontak dengan “Sang Juru Kunci Ungaran” bernama Satria Utomo Dananjaya (gue saranin lo panggil dia kalo mau ke Ungaran). Gue sampaikan maksud hati ke doi dan ternyata doi menanggapi dengan positif. Jadilah kita tentukan tanggal yaitu 25 Agustus berangkat. Gue berpikir kalo naik gunung berdua berasa ada yang janggal, apalagi sama cowo. Jujur, gue masih normal, gak tau deh kalo Satria ya *haha. Dengan pertimbangan yang cukup lama (5 menit lama gak ya?), gue menyarankan ke Satria untuk mengajak kawan2 Elefatic untuk ikut naik, serta gue juga mengajak rekan Wisnuri (Wisma Nurul Fikri, Markas anak2 bekasi) bernama Aca untuk ikut naik juga.

            Tibalah hari yang dinanti tanggal 25 Agustus. Tepat jam 16.00 wib, semua berkumpul di Wisnuri. Terkumpul sebanyak 9 orang yang akhirnya ikut muncak Ungaran, yaitu gue, Satria, Aca, Galih, Haris, Sidiq, Ade Pondra,  Milata, Masdhiana. Tepat jam 17.00 wib, kita semua berangkat ke Ungaran dengan 5 motor. Saat itu cuma Galih yang gak ada boncengan *forevel alone dududu. Tiba di pos masuk Ungaran pas Adzan Maghrib, kita shalat dan istirahat sejenak. Setelah itu, melanjutkan kembali perjalanan ke Pos Mawar (Pos pendakian Gunung Ungaran). Sampai di Pos Mawar jam 18.30, langsung saja kita menitipkan motor dengan biaya 5ribu/motor. Pendakian dimulai tepat pukul 18.45 wib



            Disinilah kerancuan dimulai. Pertama, gue naik hanya menggunakan sandal swall*w (sandal sejuta umat) yang akhirnya jadi perbincangan selama perjalanan karena “quality”. Kedua, yang bawa senter cuma 4 dari 9 orang. Ketiga, Galih, Sidiq, Haris hanya membawa perlengkapan seadanya seakan mau jalan2 ke pantai. Keempat, Sidiq, Galih menggunakan celana jeans. Sebenernya masih banyak kerancuan lagi saat itu, tapi cukup dibagikan sebagian saja. Awal pendakian, kami tidak menemui kendala yang berarti karena jalur masih didominasi track datar, sampe2 Sidiq nyeletuk, “Sat, ini kok gak naik-naik jalannya, salah jalan kali”. Setelah berjalan selama 2 jam, tepat pukul 20.45 kita tiba di pertigaan kebun teh.  Sesuai kesepakatan awal, kita akan bermalam dulu di perumahan warga.

            Sampai di perumahan warga pukul 21.05, segera kita shalat Isya dan mengisi perut. Alhamdulillah saat itu pemukiman sedang sepi karena pendakian yang rame sudah malam minggu kemarin. Dengan begitu, kita bisa lebih leluasa istirahat dan pesan makanan. Jam 22.00 waktunya tidur sampe jam 02.30. Jam 02.30 kita semua bangun dan bersiap untuk melanjutkan pendakian sampai puncak. Jam 03.00 kita mulai melanjutkan pendakian. Disinilah pendakian yang nyata karena track nya sudah menanjak. Disinilah rombongan sudah mulai mengurangi obrolan untuk menjaga stamina.

         Perjalanan pagi itu diterangi dengan cahaya bulan yang indah sehingga penggunaan senter bisa diminimalisir. Kalo kita melihat ke langit, seakan-akan bulan berjalan sangat cepat padahal awan yang bergerak *oke ini hanya terlintas begitu saja di pikiran. Track pertama melewati “tanjakan setan”, dilanjutkan dengan “zona kepala”, dilanjutkan dengan “zona batu selamat datang”, dan sampe puncak. Kenapa dinamakan “tanjakan setan”? Kata satria, karena track yang menanjak secara terus menerus dan perbedaan setiap pijakan cukup tinggi. Kenapa dinamakan “zona kepala”? kata sidiq, karena di daerah tersebut banyak pohon tumbang yang melintang di jalur pendakian sehingga cukup menghalangi rombongan. Selama zona kepala, rombongan harus sering menunduk atau melompati pohon tersebut. Kenapa dinamakan “zona batu selamat datang”? kata sidiq (lagi), karena di daerah tersebut banyak bebatuan yang seakan-akan mereka menyambut kita karena sudah dekat dengan puncak.

          Tepat pukul 05.30, rombongan sampe di puncak gunung Ungaran. Segera saja kita semua melaksanakan shalat subuh berjamaah. Ini pertama kalinya gue merasakan shalat subuh di puncak gunung. Bener kata kahfi kalo shalat di gunung tuh berasa deket sama Sang Pencipta, dan itu gue rasakan. Selesai shalat, kita semua menikmati suasana puncak gunung, foto-foto, masak sampe jam 06.45. 







            Setelah selesasi aktivitas di puncak gunung, kita memutuskan untuk langsung turun gunung. Perjalanan turun gunung lebih cepat daripada naiknya, hanya saja bikin pegal karena menahan beban agar tidak jatuh ke depan karena track yang curam. Sampai di Pos Mawar jam 10.30 wib, kita langsung memutuskan untuk pulang supaya capeknya sekalian di kost.





                Dari perjalanan tersebut, banyak pelajaran yang bisa diambil, diantaranya:
  1. ·         Naik gunung itu bukan sekedar perjalanan fisik, tapi juga perjalanan hati
  2. ·         Modal utama naik gunung itu adalah niat, perlengkapan gampang disiapkan
  3. ·         Persahabatan akan lebih terasa saat pendakian
  4. ·         Bawa cewe untuk naik gunung bisa menjadi alasan utama untuk istirahat saat kita (kaum pria) cape
Kenapa judulnya "Ungaran, Awal Sebuah Petualangan"? Karena semenjak gue pertama kali merasakan naik gunung langsung ketagihan. Di gunung, kita akan menjadi diri kita yang sebenarnya (kata Satria) dan di gunung, kita bisa merasakan perjalanan sambil menikmati pemandangan ciptaan Tuhan yang begitu sempurna dan indah. Kali ini Ungaran, esok gunung apalagi yang akan kita daki. Tunggu ceritanya :D



TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Ungaran, Awal Sebuah Petualangan
Ditulis oleh Unknown
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://dpapriansyah.blogspot.com/2013/08/sebuah-kisahpetualangan-yang-gak.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

5 komentar:

hexaludira mengatakan...

Wuiih.. keren mas DPA. Lanjut Lawu ya mas. haha..
Ngomong-ngomong tuh kuncen kayak ga ada kerjaan aja ya. hhe..

sistem registrasi event mengatakan...

om gak sakit pake sendal swallow om? hihiii

Unknown mengatakan...

gak sakit kok justru nyaman

flash card untuk bayi mengatakan...

mantap.........

Sofian ILMCI mengatakan...

seru bangettt

Posting Komentar