Keluhan dan Saran untuk PT. KCJ

Posted by Unknown Jumat, 31 Januari 2014 13 komentar
Selamat pagi PT. KCJ. Sebelumnya perkenalkan saya Dwi Prabowo, mahasiswa Undip Semarang yang saat ini sedang magang di salah satu perusahaan di jakarta. Setiap hari saya selalu menggunakan jasa angkutan commuter line untuk berangkat ataupun pulang kantor. Pilihan commuter line menjadi jasa angkutan sehari-hari juga dipilih ribuan masyarakat lainnya. Setiap hari saya melakukan perjalanan dengan rute Bekasi-Sudirman (PP).

Hal yang ingin saya sampaikan terkait keluhan KRL adalah:
1. Penumpang KRL yang over kuota. Hal ini harus dialami penumpang asal Bekasi setiap harinya. Mereka harus berdesakan untuk bisa masuk ke gerbong dan bertahan dengan posisi yang menyiksa sampai stasiun tujuan. Ini semua demi sampai ke kantor tepat waktu.
2. Jadwal KRL yang tidak menentu. Padatnya penumpang dari Bekasi akan semakin diperparah jika keberangkatan KRL terlambat, walaupun hanya 5 menit dari jadwal seharusnya. Ini disebabkan arus penumpang KRL dari stasiun Bekasi sangat besar sehingga keterlambatan berakibat pada penumpukan penumpang KRL dalam satu waktu.
3. Keamanan dalam kereta. Cerita pencopetan dalam kereta mungkin sudah menjadi kisah klasik yang tak pernah ada habisnya. Ini juga yang saya alami di hari kedua magang saat naik KRL dari stasiun Sudirman. Cerita lengkapnya bisa dibaca disini (mungkin bisa jadi pembelajaran manajemen KCJ untuk metode pengamanan)

Ketiga keluhan tersebut bisa jadi bukan hanya saya yang mengalami. Mungkin puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan penumpang lain juga merasakan demikian. Namun, bukan mahasiswa namanya jika hanya bisa mengeluh tanpa memberi solusi perbaikan. untuk itu, saya menawarkan sedikit solusi yang sekiranya dapat dilaksanakan oleh PT. KCJ. Berikut yang bisa saya berikan:
1. Perlunya pembatasan jumlah penumpang dalam satu gerbong. Mungkin ini terdengar sulit karena beresiko membuat telat beberapa orang. Namun, cara ini bisa menjadi efektif untuk tetap menjaga kenyamanan penumpang dalam gerbong. Petugas stasiun bisa mengatur arus penumpang yang masuk dalam gerbong. Jika sudah sesak, ya jangan dipaksakan dengan mendorong penumpang yang di dalam untuk semakin sesak.
2. Penambahan jadwal KRL di jam 06.00-08.00 dan 17.00-20.00. Solusi kedua ini mungkin menjadi rencana jangka panjang KCJ yang juga terus menambah armada KRL. Seperti tahun ini mendatangkan 20 unit KRL dari Jepang. Penambahan KRL di jam sibuk merupakan cara ampuh mengikuti solusi pertama untuk mengurai kepadatan penumpang.
3. Penambahan stasiun awal keberangkatan. Solusi ke-3 ini merujuk pada kebijakan yang dilakukan di Stasiun Bogor dan Maja. Untuk stasiun Bogor, KRL awal pemberangkatan juga tersedia di Stasiun Depok. Stasiun Maja, KRL awal keberangkatan juga tersedia di Parung Panjang dan Serpong. Kebijakan tersebut sebaiknya juga diberlakukan di Bekasi karena jumlah penumpang yang berangkat dari stasiun Bekasi juga sudah memenuhi kapasitas maksimal KRL. Penambahan awal keberangkatan bisa dilakukan di Stasiun Kranji ataupun Cakung. Cara ini pun juga bisa mengurai kepadatan penumpang.
4. Penyediaan KRL cadangan di Dipo. Hal yang saya tau di Dipo Bekasi juga tersedia KRL. Namun, langkah sigap tidak dilakukan petugas saat terjadi keterlambatan KRL. Ini terjadi 30 januari jam 06.30. Hari itu KRL seharusnya berangkat 06.30, tapi terjadi keterlambatan KRL masuk sehingga berangkat 06.50. Namun, yang dilakukan petugas saat itu justru menyediakan KRL yang dari Dipo untuk keberangkatan 06.55. Seharusnya KRL yang dari Dipo Bekasi bisa dipergunakan terlebih dahulu untuk keberangkatan 06.30. Ini terkait kecerdasan manajemen masalah dengan sumber daya yang ada.

Mungkin sekian keluhan dan saran yang saya sampaikan. Besar harapan saya pihak KCJ membaca surat ini dan memberi tanggapan. Semoga KRL yang menjadi moda transportasi unggulan masyarakat Jabodetabek saat ini bisa lebih baik lagi.

Surat dikirmkan pada 31/1/2014 07.34 WIB ke commuter.care@krl.co.id

Baca Selengkapnya ....

Pencopetan Commuter Line

Posted by Unknown Rabu, 22 Januari 2014 5 komentar

Ini cerita gue di hari pertama magang pada hari ini. Mungkin cerita ini bisa jadi pengalaman buat gue dan pelajaran buat orang lain yg baca. Sore ini gue mengalami insiden yang sudah lazim terjadi di Jakarta, yaitu pencopetan. Pencopetan yg gue alami terjadi di kereta Commuter Line rute Sudirman-Manggarai. Nah, mumpung masih inget kronologisnya mending gue ceritakan aja berikut modus operandi yg digunakan komplotan pelaku.

Gue sampe di stasiun Sudirman sekitar pukul 18.20 menunggu kereta ke arah Manggarai. Saat mau naik kereta keadaan rame dan sesak, dan di pintu masuk gerbong itu cukup banyak orang termasuk komplotan pencopet yg berjumlah 3 orang tersebut. Gue baru sadar aksi mereka saat mulai masuk pintu berasa ada yg narik tas seakan nahan supaya gue gak masuk kereta. Disinilah cara pelaku 2 untuk mengondisikan agar pelaku 1 dapat merogoh kantong celana. Maling 3 berperan menutup akses penglihatan penumpang sekitarnya. Sampai di dalam gerbong pelaku 2 masih mendorong-dorong gue untuk masuk ke sisi seberang gerbong.

Paham dengan kondisi janggal yang terjadi, sontak gue langsung periksa kantong kanan dan kiri. Ternyata isi kantong kiri berupa hp sudah raib dari tempatnya. Seketika itu langsung gue teriak, "HP SAYA HILANG!". Semua penumpang CL sekitar lokasi langsung bantu, termasuk pelaku 2 dan Bapak Saksi. Saat bapak saksi mau calling ke hp saya, tiba2 ada suara hp jatuh ke lantai. Benar saja, hp gue dijatuhkan pelaku 1 dan dilihat langsung oleh bapak saksi. Bapak saksi langsung meneriaki pelaku 1 sebagai copet. Nah, disini peran pelaku 2 dan 3 sebagai pembela kawannya. Mereka justru menyalahkan bapak saksi untuk tidak asal menuduh. Pak...pak... dengan modus seperti itu justru membuat seluruh penumpang tau kalo kalian itu komplotan pencopet.

Keributan dalam gerbong ditahan sampai stasiun Manggarai. Tiba di stasiun, bapak saksi langsung memanggil aparat dan meringkus pelaku. Sayangnya yg tertangkap hanya pelaku 2 karena perawakan khas Ambon menjadi pengenal yg mudah. Pelaku dibawa ke Pos Polisi, tapi di pos malah ngamuk ngamuk gak jelas sampe bawa-bawa identitas kalo dia sahabatnya Aji Notonogoro (*bukannya doi di penjara ya?). Lucunya, habis itu pelaku mengakui bahwa dirinya adalah gay a.k.a homoseksual. Singkat cerita, masalah ini dibawa ke Polsek Tebet untuk diproses dengan harapan bisa membongkar sindikat komplotan pencopet CL. Namun, apa yg diharapkan tidak sesuai dengan kenyataan.

Saat saya dan bapak saksi sampai di Polsek, telah melihat pelaku 2 sedang asik ngobrol sama pak polisi terhormat seakan gak punya dosa dan salah. Benar saja, sampai di Polsek bukannya langsung diproses tapi kami diajak berdamai dengan cara musyawarah. Apalagi polisinya menunjukan Peraturan Mahkamah Agung No.2 Tahun 2012 yang menurut saya kontradiktif dgn penegakan hukum di Indonesia. Ada benarnya juga kalimat yg mengatakan, "hilang ayam jual sapi". Usut punya usut, ada kecurigaan terjadinya kongkalingkong antara pelaku dan aparat Tebet.

Ini berdasarkan hasil diskusi gue dgn TNI yg berjaga di Stasiun Manggarai saat kembali melanjutkan perjalanan pulang. Beliau mengatakan saat di pos polisi stasiun, pelaku sudah menawarkan uang 1 juta ke TNI untuk berdamai, tapi ditolak. Kecurigaan muncul transaksi tersebut terjadi di Tebet dengan aparat lain, entahlah. Pada akhirnya, saya kecewa dgn supremasi hukum di Indonesia dan kredibilitas aparat penegak hukum. Maaf bapak-bapak yg berseragam coklat, saya semakin meragukan kredibilitas institusi Anda.

Terakhir, saya dan bapak TNI Stasiun Manggarai punya tips untuk pengguna KRL, yaitu:
  1. Perhatikan orang-orang sekitar anda sebelum naik kereta, waspada jika ada orang yg berkomplot dan saling memberikan kode. Ingat, pencopet sekarang sudah berpenampilan ala karyawan kantor.
  2. Segera sadari saat ada gelagat atau kejanggalan pada penumpang sekitar Anda. Periksa barang bawaan Anda segera.
  3. Jika ada yg hilang, langsung berteriak dan meminta bantuan sekitar. Syukur kalo pas ada petugas keamanan.
  4. Jangan panik jika anda mengetahui pelaku ada di sekitar Anda, apalagi mereka berkomplotan. Cukup ingat dan awasi mereka. Sampai stasiun langsung minta bantuan aparat untuk meringkus.
  5. Saat pelaku tertangkap jangan diproses. Alangkah baiknya di eksekusi di tempat terlebih dahulu (*saran bapak TNI). Apalagi dengan adanya Perma serta sikap aparat yg begitu.
  6. Ini strategi dari bapak TNI. Letakan HP dan dompet di saku baju atau jaket dengan formasi saku kiri berupa dompet dan saku kanan berupa HP. Tidak percaya? perhatikan TNI yg bertugas di stasiun.
Mungkin itu sedikit kisah dari pengalaman gue. Semoga ada pelajaran yang dapat diambil sehingga tidak terulang lagi kejadian serupa.
Wassalam

Baca Selengkapnya ....